Minggu, 02 Januari 2011

Benti Merrung, Bantimurung, Membanting Kemurungan

·


Wisata alam air terjun Bantimurung di Kabupaten Maros, Sulsel ini menyimpan sejarah panjang di balik namanya yang terkenal. Citizen reporter Ilham Halimsyah menuliskan asal usul nama Bantimurung.(p!)

Dalam Perjanjian Bungaya I dan II (1667-1669), Maros ditetapkan sebagai daerah yang dikuasai langsung oleh Belanda. Hal ini menjadikan bentuk-bentuk pemerintahan atau kerajaan-kerajaan kecil yang berada di dalam wilayah Kerajaan Maros diformulasikan dalam bentuk Regentschaap yang dipimpin oleh penguasa bangsawan lokal bergelar Regent (setingkat bupati).
Setelah itu, Maros berubah menjadi Distrik Adat Gemenschaap yang dipimpin oleh seorang kepala distrik yang dipilih dari bangsawan lokal dengan gelar Karaeng, Arung atau Gallarang. Kerajaan Simbang merupakan salah satu Distrik Adat Gemenschaap yang berada dalam wilayah Kerajaan Maros. Distrik ini dipimpin oleh seorang bangsawan lokal bergelar Karaeng.
Pada sekitar tahun 1923, Patahoeddin Daeng Paroempa, menjadi Karaeng Simbang. Ia mulai mengukuhkan kehadiran kembali Kerajaan Simbang dengan melakukan penataan dan pembangunan di wilayahnya. Salah satu program yang dijalankannya ialah dengan melaksanakan pembuatan jalan melintas Kerajaan Simbang agar mobilitas dari dan ke daerah-daerah di sekitarnya menjadi
lancar.

Pembuatan jalan ini, rencananya akan membelah daerah hutan belantara. Namun, suatu waktu pekerjaan tersebut terhambat akibat terdengarnya bunyi menderu dari dalam hutan yang menjadi jalur pembuatan jalan tersebut.
Saat itu, para pekerja tidak berani melanjutkan pekerjaan pembuatan
jalan. Karena suara gemuruh tersebut begitu keras. Karaeng Simbang yang memimpin langsung proyek ini lalu memerintahkan seorang pegawai kerajaan untuk memeriksa ke dalam hutan belantara asal suara itu.

Usai sang pegawai kerajaan melakukan pemeriksaan lokasi, Karaeng Simbang lalu bertanya; “Aga ro merrung?” (Bahasa Bugis; suara apa itu yang bergemuruh?).
“Benti, Puang,“ (Air, Tuanku), jawab sang pegawai tadi. “Benti”, adalah Bahasa Bugis halus atau tingkat tinggi untuk air. Kosa kata seperti ini biasanya diucapkan oleh seorang hamba atau rakyat jelata ketika bertutur dengan kaum bangsawan. Mendengar laporan tersebut, Karaeng Simbang lalu berkenan melihat langsung asal sumber suara gemuruh dimaksud.

Sesampainya di tempat asal suara, Karaeng Simbang terpana dan takjub menyaksikan luapan air begitu besar merambah batu cadas yang mengalir jatuh dari atas gunung. Beliau lalu berujar; “Makessingi kapang narekko iyae onroangngnge diasengi Benti Merrung!“ (Mungkin ada baiknya jika tempat ini dinamakan air yang bergemuruh).
Kampung Baru
Berawal dari kata Bentimerrung inilah kemudian berubah bunyi menjadi Bantimurung. Penemuan air terjun tersebut membuat rencana pembuatan jalan tidak dilanjutkan. Malah, daerah di sekitar air terjun tersebut dijadikan sebagai sebuah perkampungan baru dalam wilayah Kerajaan Simbang. Kampung ini dikepalai oleh seorang kepala kampung bergelar Pinati Bantimurung.

Saat ini, Bantimurung menjadi salah satu kecamatan dalam wilayah
Kabupaten Maros, begitu pula Simbang. Sedangkan air terjun Bantimurung menjadi kawasan wisata alam. Air terjun ini berasal dari luapan air yang mengalir jatuh dari atas, merambah batu cadas dengan ketinggian kurang lebih 30 meter dari permukaan tanah. Air terjun ini menggemuruh sepanjang hari sehingga menjadikannya tempat rekreasi yang sangat populer.

Kawasan wisata alam Bantimurung terletak di lembah bukit kapur.
Dikelilingi pemandangan indah dan berhawa sejuk. Lokasi ini mudah dicapai karena kendaraan umum dari dan ke lokasi selalu tersedia. Apalagi jaraknya hanya sekitar 12 kilometer dari ibukota Kabupaten Maros, atau sekitar 45 kilometer dari pusat kota Makassar.

Selain air terjun, terdapat objek wisata lain di sekitar kawasan ini yakni goa mimpi dan goa batu. Goa mimpi merupakan salah satu tempat yang digemari. Karena di dalam goa terdapat stalaktit (relief batu yang terbentuk dari tetesan air dan menggantung di atas langit-langit goa) indah dengan kumpulan kristal.
Di sekelilingnya diterangi lampu sehingga memperindah suasana di dalam goa. Inilah yang membuatnya disebut goa mimpi karena ketika berada di dalamnya, kita seakan-akan berada dalam mimpi. Selain itu, kondisi alam tropis yang subur menjadikan kawasan ini sebagai pemukiman ideal bagi berbagai jenis kupu-kupu. Saat ini tercatat sekitar 150 spesies kupu-kupu yang hidup di sini. Beberapa diantaranya merupakan spesies khas yang sulit ditemui di daerah lain. Tak heran bila tempat ini pernah terpilih sebagai pelaksana konferensi internasional kupu-kupu.
Dalam mempromosikan kawasan wisata alam Bantimurung, Pemerintah Daerah Kabupaten Maros pernah membuat akronim nama Bantimurung yang mirip parodi yaitu: Banting Murung, tempat anda membanting kemurungan.
Adapun Karaeng Simbang wafat pada tahun 1957 dan dimakamkan di Belakang Masjid Pakalu (salah satu kampung dalam wilayah Kerajaan Simbang, sekarang bernama Lingkungan Pakalu dalam wilayah Kecamatan Bantimurung), yang dibangun dengan dana swadaya di atas tanah pribadinya. Karena itulah ia bergelar Matinroe ri Masigi’na (yang dimakamkan di mesjidnya). Nama lengkapnya, Patahoeddin Daeng Paroempa Sultan Iskandar Muda Matinroe ri Masigi’na.

sumber::http://www.marospost.co.cc/

0 komentar: